Siswa- siswi PTA ( Paud Terpadu Al-Husna ) yang terdiri dari siswa- siswi Play Group, TK dan TPA ( Taman Penitipan Anak ) Al-Husna mengadakan Bakti Sosial ke Panti Asuhan Diponegoro. Mereka ingin berbagi dengan saudara- saudaranya yang ada di Panti asuhan Diponegoro. Hal ini dilakukan untuk memupuk keperdulian anak-anak.
Senin, 18 November 2013
Minggu, 17 November 2013
PROFIL KEPALA PAUD TERPADU AL-HUSNA LAWANG
17.22
1 comment
Fauziah Hermawati,S.Pd, adalah anak kedua dari pasangan Bapak Haji Soepra'i Ahmad Rifa'i dan Hj.Mutmainnah. Lahir di Lawang Kab. Malang pada tanggal 25 Maret 1971 dengan selamat.Setelah tamat dari TK Aisyah I Lawang melanjutkan ke SDN I Ketindan, pada saat mengenyam bangku Sekolah Dasar sudah mulai mengajar membaca Al- Qur'an di rumahnya sendiri sampai duduk dibangku SMP.
Setelah tamat dari SMP, beliau melanjutkan ke SMAN 1 Lawang. Pada saat di SMA-pun tetap mengajar membaca Al- Qur'an dirumahnya. Santrinya mencapai 60 orang ( usia SD dan SMP ) lebih sehingga harus ada sip 1,2 dan 3. Setelah tamat dari SMAN 1 Lawang melanjutkan studi ke IKIP Negeri Surabaya. Di IKIP Negeri Surabaya juga banyak menangani anak- anak. Lulus dari IKIP Negeri Surabaya melanjutkan ke Pondok Pesantren Darul Lughoh Wad- Da'wah Raci Bangil. Disana beliau memperdalam bahasa Arab. Tahun 1995 beliau menikah dengan seorang pria tampan dari pulau garam yaitu Drs. Mohamad Mahfud. Walaupun telah menikah beliau tetap melanjutkan studi memperdalam Bahasa Arab di LPBA Sunan Ampel karena kecintaannya pada Ilmu. Akhirnya pada tanggal 17 September 1996 beliau dikaruniai putra yang pertama yang bernama Wafiq Umar Al- Farouq. Bertolak dari putra yang pertama inilah beliau mulai melakukan banyak observasi, penelitian tentang anak berkebutuhan khusus ( ABK ).
Penanganan terhadap ABK semakin menunjukkan kepiawaian beliau mengatasi berbagai problem anak ABK setelah beliau menformulasi hasil penelitiannya dengan konsep " penyelesaian tugas perkembangan anak". Untuk mendukung konsepnya itu beliau mendirikan Play Group dan TK Islam Al- Husna pada tahun 2001, sebagai Laboratorium penerapan konsepnya. Sampai- sampai ada rumor di masyarakat yang mengatakan bahwa : " jika anak yang bermasalah saja bisa diatasi, apalagi yang normal ". Sejak saat itulah Play Group dan TK Islam Al- Husna Lawang tidak dapat menampung pendaftar.Tahun 2007 gedung Play Group yang dulunya berdomisili di Jl. Mayor Abdullah 250 Lawang dipindahkan ke Perum Lawang dengan cara mengontrak, agar kelas Play Group dapat dipakai untuk TK. Tahun 2008 Play Group memiliki gedung sendiri di Jl. Lawang View Tama I No. 9 Lawang. Jumlah siswa TK semakin bertambah dan masyarakat minta agar kelasnya ditambah. Delapan kelas yang ada di Jl. Mayor Abdullah 250 Lawang, telah tidak dapat menampung lagi, akhirnya di bukalah kelas baru di Jl. Lawang View Tama I No. 2a Lawang. Dengan demikian kelas TK sebanyak 16 kelas sedangkan Play Group sebanyak 10 kelas.
Berdasarkan penelitian dan kecintaannya kepada anak- anak, beliau berhasil dinobatkan sebagai guru Teladan Tingkat Kabupaten peringkat I dan Propinsi Jatim peringkat III, selamat untuk beliau.........
Sabtu, 16 November 2013
MENGELOLA EMOSI ANAK & ORANG TUA (KEDUA)
16.36
No comments
Karakteristik anak-anak adalah berorientasi ada kebutuhannya, sehingga aktifitas yang dilakukan tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhannya.Oleh karena itu kita harus memahami aneka kebutuhan anak seperti makan, minum, istirahat, kasih sayang, dihargai, diakui dan kesempatan eksplorasi / bermain. Pemenuhan kebutuhan yang kurang maksimal biasanya menyulut emosi anak, contohnya: anak lapar atau haus,tidak bisa menahan diri dan diajak kegiatan lain, ia akan menangis bahkan meronta-ronta. Anak yang merasa kurang disayang pun akan mudah emosi, bahkan bertabiat melepaskan emosi pada teman berupa pukulan, gigitan karena tidak bisa membalas rasa sakit hati pada orang tua.Seringkali kita sempurna dalam pemenuhan makan, minum dan istirahat anak, namun kurang istiqomah dalam pemenuhan kasih sayang, menghargai anak, pengakuan eksistensi diri anak dan kesempatan eksplorasi. Akibatnya anak mengeluarkan bentuk emosi berupa merengek-rewel, menangis lama, memukul diri sendiri, teriak-teriak, berkata kotor, berguling-guling di lantai, lompat-lompat, membentuskan kepala, membuat badan kaku, bahkan kejang. Emosi seperti inilah yang disebut temper tantrum.
MENGELOLA EMOSI ANAK & ORANG TUA (PERTAMA)
09.16
No comments
Kondisi anak pada umumnya bagai kertas putih ketika dilahirkan, maka orang tua, keluarga besar, guru dan lingkungan yang membentuk prilaku dan kejiwaannya, seperti hadist Nabi Muhammad : kullu mauludin yuladu 'alal fithroh ilaa akhirihi. Sehingga tidak ada anak pemalas, pemarah, nakal, jorok dan lain-lain secara keturunan. Prilaku yang menyimpang terjadi akibat proses meniru, terutama meniru pada periode emas (golden age) di usia 0-6 tahun, dimana perkembangan otak bisa mencapai 90 %.
Seringkali kita kurang menyadari hal ini, lalu panik melihat perkembangan anak yang kurang baik. Dari program konseling yang dilakukan di Al-Husna terkuak adannya pola asuh anak di rumah yang kurang tepat, perlu perbaikan, contohnya : berdalih sayang anak orang tua gemar menggendong, menyuapi, memakaikan sepatu dll. Si anak merasa nyaman dilayani, kurang terlatih menggerakkan badan dan jari-jemari untuk bantu diri. Ketika anak mulai bermain dan belajar di Play Group/TK, mulailah terasa beban orang tua semakin banyak, pekerjaan tambah banyak saat pagi hari, kerewelan memicu emosi orang tua dan semakin parah-tinggi emosi bila melihat anak lain yang mau mandiri. Ujung-ujungnya memarahi dan membandingkan anak agar mau mandiri.
Sebenarnya di usia 3 tahun anak sudah bisa makan sendiri, bila dibiasakan belajar makan sendiri di usia 1 tahun. Jalan bahkan lari sangat mudah untuk mereka.Menggendong boleh dilakukan ketika sakit, atau menenangkan emosi. Berkaitan dengan memakai sepatu pun anak-anak mampu, bila sepatunya sederhana tak bertali dan sering dilatih serta dibiasakan pakai sendiri. Kurang tepat memarahi anak apalagi membanding-bandingkan dengan anak lain. Anak-anak bisa terluka hatinya, dan mungkin bertanya mengapa setelah sekolah sering dimarahi ? Anak yang cerdas memilih tak sekolah, lebih enak di rumah tidak ada kegiatan terburu-buru dan bebas kekerasan fisik maupun verbal.
Pembaca yang dimuliakan Alloh, kejadian di atas tidak akan terjadi, andaikata kita telah menyimak petuah Sayyidina Ali R.A sebagai berikut: Ketika anak kita berusia 0-6 tahun dia bagai raja, maka layanilah mereka.Ketika berusia lebih dari 6 tahun-12 Tahun, dia bisa sebagai pelayan, maka suruhlah. Dan ketika ia lebih dari usia 12 tahun, berperanlah sebagai teman. Makna yang dikandung bahwa ketika anak kita berusia 0-6 tahun mereka seolah raja yang berhak memilih, mengatur dan memimpin (egosentris). Raja tersebut punya kebebasan. Raja tidak hidup sendirian, ada rakyat, perangkat dan pelayan kerajaan yang setia, menyayangi, rela taat dan berkorban. Sang raja tidak boleh dicela, dimarahi, diintimidasi apalagi dipukuli. Namun perlu juga diperhatikan bahwa raja tidak selalu butuh dilayani, hanya raja lemah dan sakit yang butuh digendong, dituntun dan disuapi. Dari uraian diatas patut kita terapkan pola asuh yang memberi kesempatan eksplorasi yang luas pada anak agar muncul kemampua memilih,melakukan sendiri, mengatur dan memimpin. Orang tua hendaknya bersabar, menyayangi, menghormati, dan tidak melakukan kekerasan fisik maupun verbal pada anak. Adapun untuk usia di atas 6 tahun hingga 12 tahun, maka orang tua memegang kendali. Di usia tamyiz ini anak mulai berkembang kemampuan berfikir, menerima aturan dan beban kerja secara bertahap, sehingga perlu dilatih, disuruh dan diarahkan menuju kemandirian. Untuk usia di atas 12 tahun hendaknya orang tua bersikap sebagai teman - sahabat yang memanusiakan manusia, mengingat anak sudah baligh atau berakal mampu berpikir seperti orang dewasa, saatnya anak dilibatkan dalam mengambil keputusan keluarga, menyelesaikan persoalan dan boleh dijadikan imam.
Demikian edisi mengelola emosi anak dan orang tua tahap satu, semoga kita dapat merenungkan hadis Nabi Muhammad SAW dan petuah Sayyidina Ali RA, mampu menerapkan serta bisa menjadi orang tua yang arif bijaksana. aamiiiin (Fauziah Hermawati, S.Pd)
Seringkali kita kurang menyadari hal ini, lalu panik melihat perkembangan anak yang kurang baik. Dari program konseling yang dilakukan di Al-Husna terkuak adannya pola asuh anak di rumah yang kurang tepat, perlu perbaikan, contohnya : berdalih sayang anak orang tua gemar menggendong, menyuapi, memakaikan sepatu dll. Si anak merasa nyaman dilayani, kurang terlatih menggerakkan badan dan jari-jemari untuk bantu diri. Ketika anak mulai bermain dan belajar di Play Group/TK, mulailah terasa beban orang tua semakin banyak, pekerjaan tambah banyak saat pagi hari, kerewelan memicu emosi orang tua dan semakin parah-tinggi emosi bila melihat anak lain yang mau mandiri. Ujung-ujungnya memarahi dan membandingkan anak agar mau mandiri.
Sebenarnya di usia 3 tahun anak sudah bisa makan sendiri, bila dibiasakan belajar makan sendiri di usia 1 tahun. Jalan bahkan lari sangat mudah untuk mereka.Menggendong boleh dilakukan ketika sakit, atau menenangkan emosi. Berkaitan dengan memakai sepatu pun anak-anak mampu, bila sepatunya sederhana tak bertali dan sering dilatih serta dibiasakan pakai sendiri. Kurang tepat memarahi anak apalagi membanding-bandingkan dengan anak lain. Anak-anak bisa terluka hatinya, dan mungkin bertanya mengapa setelah sekolah sering dimarahi ? Anak yang cerdas memilih tak sekolah, lebih enak di rumah tidak ada kegiatan terburu-buru dan bebas kekerasan fisik maupun verbal.
Pembaca yang dimuliakan Alloh, kejadian di atas tidak akan terjadi, andaikata kita telah menyimak petuah Sayyidina Ali R.A sebagai berikut: Ketika anak kita berusia 0-6 tahun dia bagai raja, maka layanilah mereka.Ketika berusia lebih dari 6 tahun-12 Tahun, dia bisa sebagai pelayan, maka suruhlah. Dan ketika ia lebih dari usia 12 tahun, berperanlah sebagai teman. Makna yang dikandung bahwa ketika anak kita berusia 0-6 tahun mereka seolah raja yang berhak memilih, mengatur dan memimpin (egosentris). Raja tersebut punya kebebasan. Raja tidak hidup sendirian, ada rakyat, perangkat dan pelayan kerajaan yang setia, menyayangi, rela taat dan berkorban. Sang raja tidak boleh dicela, dimarahi, diintimidasi apalagi dipukuli. Namun perlu juga diperhatikan bahwa raja tidak selalu butuh dilayani, hanya raja lemah dan sakit yang butuh digendong, dituntun dan disuapi. Dari uraian diatas patut kita terapkan pola asuh yang memberi kesempatan eksplorasi yang luas pada anak agar muncul kemampua memilih,melakukan sendiri, mengatur dan memimpin. Orang tua hendaknya bersabar, menyayangi, menghormati, dan tidak melakukan kekerasan fisik maupun verbal pada anak. Adapun untuk usia di atas 6 tahun hingga 12 tahun, maka orang tua memegang kendali. Di usia tamyiz ini anak mulai berkembang kemampuan berfikir, menerima aturan dan beban kerja secara bertahap, sehingga perlu dilatih, disuruh dan diarahkan menuju kemandirian. Untuk usia di atas 12 tahun hendaknya orang tua bersikap sebagai teman - sahabat yang memanusiakan manusia, mengingat anak sudah baligh atau berakal mampu berpikir seperti orang dewasa, saatnya anak dilibatkan dalam mengambil keputusan keluarga, menyelesaikan persoalan dan boleh dijadikan imam.
Demikian edisi mengelola emosi anak dan orang tua tahap satu, semoga kita dapat merenungkan hadis Nabi Muhammad SAW dan petuah Sayyidina Ali RA, mampu menerapkan serta bisa menjadi orang tua yang arif bijaksana. aamiiiin (Fauziah Hermawati, S.Pd)
Kamis, 14 November 2013
PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK
22.25
No comments
Hasil penelitihan DR.Hugh Taylor dari Yale School of Medicine menunjukkan bahwa ponsel sangat berdampak pada bayi berupa gerak hiperaktif dan kemampuan otak menjadi rendah memori. Uji coba yang dilakukan pada tikus tanpa dekat ponsel dan sebagian didekatkan ponsel hidup setengah hari, menunjukkan hasil tanpa dekat ponsel mereka tenang dan bermemori baik, sedangkan yang hidup di dekatkan ponsel sebaliknya.
Hasil penelitihan American Academy of Pediatrics menunjukkan gelombang elektromagnetik, radiasi cahaya dan suara dari Televisi , Lap Top, dan lain-lain yang sejenis berpotensi merusak syaraf di otak bayi dan anak-anak, sehingga melarang bayi di bawah usia 2 tahun melihatnya, dan mengijinkan maksimal menonton selama 2 jam untuk usia 2 tahun ke atas.
Selain itu menurut beberapa penelitihan menunjukkan pengaruh tehnologi terhadap anak adalah memicu ADHD, gangguan Psikosomatis, gangguan stabilitas emosi, gangguan tidur malam-gelisah,kesulitan bergaul, kesulitan konsentrasi, obesitas pada anak serta gangguan prilaku.
Oleh karena itu sebaiknya orang tua mengatur pemakaian tehnologi di rumah. Saran kami untuk tidak meletakkan TV di dalam kamar / menidurkan anak dekat TV, HP, Komputer dll. Lalu batasi penggunaan sampai 2 jam untuk anak-anak. Awasi dan batasi program yang boleh ditonton. Gantilah kebiasaan menonton TV dan bermain komputer dengan kegiatan yang menyenangkan dan bermakna seperti: lompat tali, dakon,halma, ular tangga, menyanyi bersama, mewarnai, menggambar, lempar tangkap bola, sepak bola, bersepeda 3 roda, jalan-jalan, berkebun, bermain origami, plastisin, lego, menara gelang, bongkar-pasang dll
Hasil penelitihan American Academy of Pediatrics menunjukkan gelombang elektromagnetik, radiasi cahaya dan suara dari Televisi , Lap Top, dan lain-lain yang sejenis berpotensi merusak syaraf di otak bayi dan anak-anak, sehingga melarang bayi di bawah usia 2 tahun melihatnya, dan mengijinkan maksimal menonton selama 2 jam untuk usia 2 tahun ke atas.
Selain itu menurut beberapa penelitihan menunjukkan pengaruh tehnologi terhadap anak adalah memicu ADHD, gangguan Psikosomatis, gangguan stabilitas emosi, gangguan tidur malam-gelisah,kesulitan bergaul, kesulitan konsentrasi, obesitas pada anak serta gangguan prilaku.
Oleh karena itu sebaiknya orang tua mengatur pemakaian tehnologi di rumah. Saran kami untuk tidak meletakkan TV di dalam kamar / menidurkan anak dekat TV, HP, Komputer dll. Lalu batasi penggunaan sampai 2 jam untuk anak-anak. Awasi dan batasi program yang boleh ditonton. Gantilah kebiasaan menonton TV dan bermain komputer dengan kegiatan yang menyenangkan dan bermakna seperti: lompat tali, dakon,halma, ular tangga, menyanyi bersama, mewarnai, menggambar, lempar tangkap bola, sepak bola, bersepeda 3 roda, jalan-jalan, berkebun, bermain origami, plastisin, lego, menara gelang, bongkar-pasang dll
RISALAH JUM'AH MIN AL-HUSNA
17.40
No comments
Lawang, 15 Nopember 2013 : 11 Muharram 1435 H
Anak merupakan asset dunia akhirat. Oleh karena itu mendidik anak menuju keridhoannya menjadi amanah yang berat bagi kedua orang tuanya.
Anak merupakan asset dunia akhirat. Oleh karena itu mendidik anak menuju keridhoannya menjadi amanah yang berat bagi kedua orang tuanya.
Kamis, 24 Oktober 2013
ASAH-ASIH-ASUH ANAK DENGAN HATI DAN ILMU
Anak adalah mahluk Alloh yang diamanahkan kepada orang tua untuk dirawat dan dididik agar tumbuh sekaligus berkembang menjadi manusia besar yang bermanfaat bagi kehidupan. Keimanan kepada Sang Pencipta menuntun kita untuk mencintai semua ciptaanNya, termasuk mencintai anak-anak. Cinta yang dibutuhkan anak adalah cinta sepenuh hati,bukan setengah hati, seperempat atau lebih kecil dari itu. Mencintai anak bermakna menerima anak apa adanya, bersedia merawat, mau bermain dengannya, semangat mendidiknya, sabar mendengar ceritanya, berbesar hati dengan prilakunya, bersedia memperbaikinya dan lain-lain. Besarnya cinta menentukan pertumbuhan dan perkembangan si buah hati. Apakah ia akan menjadi penyedap pandangan dan penyejukan hati di dunia dan akherat ?. Upaya yang benar dari kita sangat dibutuhkan.
Namun ironisnya diantara kita
acapkali benar-benar menghargai dan mencintai anak hanya ketika berprestasi .
Ketika anak kita mendapat kejuaraan dalam lomba atau juara kelas, orang tua
sangat bangga sampai tak jemu-jemu menceritakan pada semua orang yang dijumpai.
Tapi ketika sang buah hati tidak mendapatkan bintang kejuaraan, orang tua
emosional, tidak ada kebanggaan pada anaknya, hilang selera bercengkrama,
pertanyaan menyudutkan dan membandingkan dengan anak lain dilontarkan
berkali-kali : “ Mengapa begitu saja kamu tidak bisa ?”. “ Mengapa temanmu
bisa, kamu tidak ?”. Tidak terbersit dalam diri orang tua untuk mengevaluasi
diri dan anak, guna mencari asal ketidakberhasilan, atau membuka hati dan
pemikiran bahwa anak-anak masih dalam tahap perkembangan yang membutuhkan berbagai
pengetahuan, latihan dan waktu menuju kematangan. Hal lain yang perlu
dipahami pula adalah kemampuan dan
kecepatan kerja orang tua bisa jadi
berbeda dengan anak. Di sisi yang lain, ada model orang tua yang acuh terhadap
anak, mereka larut dalam rutinitas
kerja, anak dianggap beban, mendidik dengan tenaga sisa - ala kadarnya. Yang
tak kalah runyam, apabila orang tua sadar mengasuh dan mendidik anaknya namun
tanpa ilmu yang memadai, berakibat terjerumus merawat over protektif dan
mendidik anak di luar batas kemampuan anak. Hal ini berakibat pada hilangnya kebebasan eksploratif
yang merupakan dasar kreatifitas. Tekanan emosi yang dirasakan anak akibat over
protektif orang tua memangkas kebahagiaan anak yang mendasari kesehatan jiwa.
Dampaknya kita jumpai anak yang mudah emosional, putus asa, pobia, takut resiko
tugas, bahkan bunuh diri dan lain-lain.
Kondisi di atas harus segera diatasi
agar anak-anak bisa tumbuh dan berkembang optimal. Kesadaran merawat dan
mendidik anak yang benar harus ditumbuhkan pada diri orang tua, bahkan pada pasangan yang hendak membentuk rumah
tangga. Pendidikan untuk menjadi orang tua harus diselenggarakan secara intensif.
Idealnya kesadaran, kemampuan merawat dan mendidik anak dimiliki orang tua
sebelum mereka membentuk rumah tangga, tepatnya adanya sekolah orang tua untuk
pasangan muda tersebut, agar mereka kelak siap, tahu dan bisa melaksanakan
kewajiban terhadap anak dengan baik. Namun
kebanyakan kita belajar mendidik anak setelah mereka lahir, bahkan
ketika anak kita bermasalah baru sibuk mencari tenaga ahli untuk menyelesaikan
problema.
Pemerintah menaruh perhatian pada
masalah ini dengan mendorong orang tua untuk mengikuti program Posyandu dan Pos
Paud melalui Dinas Kesehatan yang akan menuntun orang tua memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Di lain pihak pemerintah juga menurunkan
program Parenting di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui Dinas
Pendidikan guna mendidik orang tua agar mampu mendidik anaknya di rumah dengan
benar. Materi Parenting dan Standar Pendidikan Anak Usia Dini dapat diunduh
khalayak luas pada situs DIRJEN PAUDNI KEMENDIKNAS.
Pihak swasta juga tidak kalah besar
perannya dalam mengambil bagian program pendidikan orang tua berupa
penyelenggaraan seminar,sarasehan, talkshow, workshop, siaran edukatif,
penerbitan buku, sharing dunia maya dan lain-lain yang membangkitkan kesadaran
mendidik anak yang benar. Salah satu contoh adalah Buku Ajarkan Aku Cinta yang
ditulis oleh Abyz Wigati tahun 2012 yang diterbitkan Langit Kresna Hariadi
Production. Buku Ajarkan Aku Cinta berisi pengalaman pengasuhan anak yang
menggetarkan hati, inspiratif dan implementatif dari pihak pengarang dalam
membesarkan tiga anak buah hatinya.
Pada lembaga PG-TK –TPA Islam Al-Husna Lawang juga
menyelenggarakan Program Parenting, bahkan sudah dilaksanakan mulai tahun 2001
yaitu tahun awal berdirinya lembaga. Program Parenting ini kami gelar tujuh
kali setahun pada tahun ajaran 2013/2014, berupa tiga kali Sharing Pendidikan dan empat kali keterlibatan orang tua dalam program pembelajaran
( pada kegiatan Manasik Haji, Sayang
Ibu,Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan Pentas Seni Akhir Tahun). Untuk
Sharing Pendidikan kami namai Program
Parents Club, dan materi yang kami angkat adalah :
-
Jurus Jitu Mendidik
Anak
-
Tuntas Tugas
Perkembangan Anak
-
Menyelesaikan
Problematika Anak Usia Dini.
Pada materi Jurus Jitu Mendidik Anak kita akan menyimak
tentang sikap dan mental yang tepat pada orang tua ketika merawat dan mendidik
anak. Di dalamnya juga mengajak orang tua untuk mempelajari dunia anak, tugas
perkembangan, teori otak anak, golden age, kecerdasan majemuk, teori
pendidikan, hadist-hadist tentang mendidik anak dan lain-lain.
Materi kedua mengupas tentang Tugas Perkembangan. Tugas
Perkembangan Anak haruslah tuntas pada usia enam tahun pertama, hal ini
disebabkan pada fase itu merupakan tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang
cepat bagi seorang anak. Orang tua dan pengasuh harus memantau intensif agar
tumbuh kembangnya tidak terlambat. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua
peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa dipisahkan. Pertumbuhan merupakan
suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan suatu yang dapat diukur
seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca pada
pertumbuhan. Sedangkan perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi
alat-alat tubuh. Seperti kaki untuk melompat
(gerakan kasar), jari-jari tangan
untuk menulis, mengancingkan baju
(gerakan halus), pemahaman (bagaimana anak belajar dari lingkungannya untuk
mengerti anggota tubuh, warna), bicara (anak mampu mengungkapkan sesuatu yang
dimaksud) dan solialisasi. Proses
pertumbuhan anak selalu dihubungkan dengan perkembangan. Dan gagalnya proses
tumbuh kembang anak di usia dini akan berakibat pada rendahnya kemampuan pada
jenjang berikutnya. Oleh karena itu kita
sebagai orang tua sekaligus pendidik hendaknya memperhatikan masalah ini, serta
berupaya optimal pada tuntasnya tumbuh kembang anak dengan diawali memahami
materi tumbuh kembang anak usia dini melalui program Parents Club II di TK
Islam Al-Husna Lawang.
Materi ke-tiga di Parents Club adalah menyelesaikan
problematika anak usia dini. Problem kesulitan wicara, konsentrasi, memegang
pensil, mengingat / menghafal lagu dan do’a, mengendalikan diri, berbagi dengan
sesama dan lain-lain akan dikupas tuntas dari mengenal berbagai kesulitan
hingga tatacara terapi perbaikan, sehingga pihak orang tua punya gambaran cara
membantu mengatasi masalah anaknya. Harapannya orang tua bisa bersama sekolah
bekerjasama menyelesaikan problematika anak.
Berangkat dari kesadaran dan pemahaman ilmu merawat,
mengasuh dan mendidik anak yang benar yang dimiliki orang tua setelah mengikuti
program Parenting, mudah-mudahan tidak kita jumpai lagi anak-anak yang
terabaikan, teraniaya, tereksploitasi, gizi buruk, penyakitan, tak terdidik dan
lain-lain yang menyedihkan. Beralih kita jumpai anak-anak yang sehat, berakhlak
mulia, cerdas, kreatif, percaya diri, suka menolong sesama, berbakti pada orang
tua, gemar beribadah, berani dan bisa berkompetisi dan sangat bahagia di masa
kanak-kanaknya. Kondisi yang baik ini adalah modal tumbuhnya generasi muda yang
tangguh yang siap meneruskan estafet perjuangan bangsa. Orang tua tentunya akan
bahagia melihat anaknya sangat bakti kepadanya dengan doa yang selalu
dipanjatkan, kepatuhan dalam perintah, mau membantu pekerjaan, rajin beribadah,
gemar belajar, bersikap sopan, suka membatu sesama, peduli lingkungan dan sikap
lainnya yang positif.
Menuju pada keberhasilan program pendidikan anak sebagaimana
yang dituturkan di atas, mari membuka
hati dan doa untuk anak-anak, karena
mereka hadir dari Alloh untuk kita-memuliakan kita dunia-akherat. Marilah kita mengasah rasa cinta pada anak, karena
dengan cinta yang tulus kita akan sanggup
menerima beratnya amanah dan kuat menahan lelah sekaligus sulitnya
membesarkan dan mendidik anak. Dan
jangan lupa pula marilah kita selalu tanpa ragu-ragu merawat, mengasuh dan mendidik dengan ilmu, karena ilmu akan
menuntun kita pada kebenaran dan kesuksesan. Dengan demikian menjadi orang tua
harus bersungguh-sungguh, tidak asal-asalan.melainkan selalu berupaya
asah-asih-asuh dengan hati dan ilmu. Semoga Alloh SWT selalu memberi kita
kekuatan untuk mengabdi, memberi petunjuk untuk berbakti, memberi kehalusan
hati untuk mencintai anak-anak, dan memberi kemudahan untuk menghantarkan kesuksesan
anak-anak tercinta menjadi manusia seutuhnya yang bermanfaat besar dan bahagia
di dunia dan akherat.Aamiin.
Rabu, 19 Juni 2013
PERTEMUAN WALI MURID BARU
Diberitahukan kepada seluruh wali murid agar mengikuti pertemuan wali murid pada tanggal 2 atau 3 Juli 2013. Info lebih lanjut dapat menghubungi sekolah.
MEMBUKA PENDAFTARAN BARU PAUD TERPADU AL-HUSNA TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PAUD TERPADU AL-HUSNA yang terdiri : Unit Play Group Islam Al-Husna akan menerima siswa-siswi baru sebanyak 90 siswa-siswi, Unit Taman Kanak-kanak Islam Al-Husna sebanyak 148 siswa/ siswi dan Unit Taman Penitipan Anak Islam Al-Husna sebanyak 60 siswa/siswi.
Pendaftaran siswa-siswi baru ini telah dimulai sejak bulan Pebruari 2013 dan sewaktu-waktuakan ditutup jika telah terpenuhi.
Pendaftaran siswa-siswi baru ini telah dimulai sejak bulan Pebruari 2013 dan sewaktu-waktuakan ditutup jika telah terpenuhi.
PENDAFTARAN SISWA BARU 2013-2014
Pendaftaran siswa baru PG/TK Islam Al- Husna Lawang telah dimulai sejak tanggal 1 Pebruari 2013. Saat ini siswa Play group yang telah terdaftar sebanyak 90 anak, dan akan ditutup jika sudah mencapai 100 anak. Sedangkan siswa TK yang telah terdaftar sebanyak 121, dan akan ditutup ditutup jika sudah mencapai 160 siswa, demikian sekilas info.
Langganan:
Postingan (Atom)